Kini sang dinda tengah merajuk
Dalam keramaian nan sepi
Sembab pikirannya
Doa yang tak berkuak
Tak berputar sama sekali
Sang dinda tengah lusuh meraba kata
Berteduh dalam satu harap
Mengubur cincin nan istimewa
Dalam gelap dan penantiannya
Ia mencinta
Mungkinkah sang Kanda akan kembali
Dari seribu doa dan pengharapan
Kasih sang Dinda seolah tak jemu
Melihat masa depan, dan
Merasakan masa indah
Berdua...
Minggu, 22 Desember 2013
30 Agustus 2010
Aku ingat... kala aku bercerita dengan teman, aku terseduh-seduh karena cinta. Mencintai pria yang tak kaya, tak begitu tampan, tapi dia istimewa. Disaat yang tidak tepat, dia mencintai seorang teman lama, namun itu bertepuk sebelah tangan. Dan aku tertawa.
Dia kecewa, dari tiap harinya yang aku dengar hanya nama wanita itu. Bagaimana perasaannya, bagaimana tingkahnya, lalu aku jatuh cinta ya.. Padanya. Dari rasa yang mulanya biasa saja, aku cemburu, aku kesal, tapi aku bertahan. Dari seumur hidup aku mengenal cinta, dari seberapa lama aku berkasih dengan mereka di masa lalu, pada yang ini aku merasa berbeda, tak sama disaat aku pernah jatuh cinta dan itu bertepuk sebelah tangan lalu aku berlalu begitu saja, pada yang ini aku tak mampu berlalu.
Oh demi apa, Oh 30 Agustus 2010... Kedua teman baik sesaat SMA, memarahinya... Demi Tuhan mereka gila. Mereka membeberkan semuanya, yah mereka bilang demi aku dan hatiku, Oh rasanya harga diriku turun sesaat. Aku yang ditariknya kebelakang sekolah tak mampu menjawab semua pertanyaannya. Oh ini memalukan dan benar-benar gila. Aku berlari mengelak tatapannya dan seribu pertanyaannya, mencoba tuk kabur dan mengambil tas ku di kelas, lalu dia mengahalang dan genggam erat tanganku , "Sebenarnya kau anggap aku apa?" itu ucapannya. "Sebenarnya apakah kau sayang padaku" dan lagi... Aku hanya memberi jawaban sewajarnya, "Ya, aku sayang padamu tapi hanya sebatas sahabat" aku bohong lagi lalu berlalu kabur.
Sepanjang jalan aku hanya menitihkan air mata, kedua temanku seakan merasa bersalah. Aku hanya diam sepanjang jalan, Lalu salah satu mereka menyuruhku untuk singgah dirumahnya saja dulu untuk tenangkan hatiku. Namun aku rasa aku kuat... "Ya sudahlah," pikirku. Semua sudah terjadi untuk apa aku membuat mereka berdua seakan merasa bersalah. Ya..
Aku berbaring dikamar kecilku. Aku rasa lelah dan aku saat itu ingin terlelap, tapi ponselku berdering seketika "Edi" , aku lihat nama itu. Rasanya aku malas untuk berbicara lagi, aku tak mampu menjawab semua pertanyaannya... Namun mungkin aku rasa senang melihat deringan itu darinya, aku mengangkatnya. Seolah tidak ada yang terjadi, Dia hanya berbicara sewajarnya seperti biasanya. Namun... tak lama kami yang terdiam, lalu terdengar ucapnya, " aku suka ovita ", aku yang mencoba mengalihkan pembicaraan, yang tidak pernah tahu apa jawaban dan keadaannya, ternyata dia sudah menganggap kami sudah jadian.
Oh Tuhan , perasaan ini... Senang mungkinkah? Ataukah aku sedih? Sedih karena aku pikir aku ini adalah pelarian, oh mungkinkah pikirku saat itu. Tiada hari tanpa pertengkaran, yap selama 2 tahun tiada hari tanpa bertengkar... Namun kami bertahan, yah begitu lama tanpa pengunkapan kepada media. Kini aku yang percaya bahwa aku bukanlah pelariannya 30 Agustus 2013 :')
Oh Dari hatiku yang tetap gelisah, dia yang sekarang tengah melanjutkan pendidikan sebagai abdi negara. Aku menunggumu disini sayang, bersama berjuta cerita cinta. Mampukah aku bertahan dan menunggumu, atau mampukah engkau tetap menjaga hatimu hanya untukku? Mampukah kita ?
Bismillahirahmanirrahim :')
Aku rindu sayang :)
Sabtu, 21 Desember 2013
Surat Rinduku
Oh yang ditunggu tidak jualah datang. Hati ini rasa lelah bukanlah karena aku lelah mencinta. Rasa rindu merota-ronta hatiku. Bayang wajahmu terngiang selalu diingatanku. Kapan kau akan pulang? Singgahlah sebentar sayang, aku akan peluk erat tubuhmu dan genggam tanganmu. Yakinkan hatiku, bahwa tetaplah aku satu wanita setelah ibu dan adik perempuanmu. Oh... Aku rindu sayang.
Aku berlinang tiap kala menunggu hadirmu. Namun ta sempat jatuh ke pipi linangan itu, aku rasa aku mampu. Aku hanya takut, kau berubah... Tak masalah ragamu dan sikapmu kan berubah, tapi janganlah hatimu yang kau ubah. Sayang, aku sungguh cinta...
Pernah aku pejamkan mata tuk bermimpi. Selalu nampak Kau hadir dalam mimpiku, kita selalu melantunkan canda dan ungkapkan tawa. Lalu kala subuh yang bangunkan aku tuk bertemu Tuhan, aku pejamkan mata lalu sebut namaku di sesudah salam terakhir. "Tuhan jaga hatinya dan jaga hatiku untuknya", "Aku tak mampu menjangkaunya sekarang, berkata-kata padanya, merajuk seperti biasanya, lalu marah untuk perhatiannya". "Tuhan aku rindu Edi Candra Sudrajad,"
Cinta Buta?
Kasih mampukah aku mengucap cinta lagi
Dari hati yang runtuh tak jenuh menunggumu
Aku diolok-lok massa karena setia
Aku ditertawakan dunia karena,
Aku berpikir cinta itu buta
Dari raga yang lengkap memiliki segalanya
Hadirku lahir tanpa cacat
Mataku tidaklah buta
Telingaku tidaklah tuli
Namun tetaplah hatiku ini buta dan tuli
Lalu mengapa mereka mengolok-olokku?
Jika cinta tidak kan buta
Kalian tak kan mampu bertahan
Yang terlihat hanyalah kesempurnaan
Tak kan kalian mampu menerima kejelekkan
Semua kan jadi ucapan saja
Raga kalian akan berlalu sendirian...
Dari hati yang runtuh tak jenuh menunggumu
Aku diolok-lok massa karena setia
Aku ditertawakan dunia karena,
Aku berpikir cinta itu buta
Dari raga yang lengkap memiliki segalanya
Hadirku lahir tanpa cacat
Mataku tidaklah buta
Telingaku tidaklah tuli
Namun tetaplah hatiku ini buta dan tuli
Lalu mengapa mereka mengolok-olokku?
Jika cinta tidak kan buta
Kalian tak kan mampu bertahan
Yang terlihat hanyalah kesempurnaan
Tak kan kalian mampu menerima kejelekkan
Semua kan jadi ucapan saja
Raga kalian akan berlalu sendirian...
Jumat, 20 Desember 2013
Kembali Lagi (Part 2)
"Tegarkah aku, mampukah aku? Di setiap aku pejamkan mataku, aku tak mampu membayangkannya. Dari seribu sosok yang indah, dari satu sosok yang aku cinta, yang terbayang hanya sosok yang buram. Mampukah aku mengelak? Ini dosa..." gerutuku.
Dari sela yang tercipta, tak mampu aku mengingatnya." Sang Kanda yang aku cinta, kembalilah..." ingin hatiku. Aku ingin meyakinkan semua keadaan bahwa ini masih baik-baik saja. Tapi apakah mungkin? Tidak... Semua belum baik-baik saja saat Sang Kanda kembali. "Bunda... masih tak restui kita..."
Aku bungkam, aku tak hanya bingung, aku gelisah. Logika bunda kita masih muda, tak akan jadi serius, tapi " Aku serius padamu, oh Sang kanda". Tapi samakah ingin kita wahai Sang Kanda? Aku tak tahu, tak akan pernah tahu. Namun bagaimana jikalah aku turuti keinginan Bunda? Mampukah aku melepaskanmu? Dan mampukah aku menghapus kenangan disela angka tiga merasuki kehidupan kita? Entahlah, aku tak mampu dan tak mau tahu....
to be continue...
Dari sela yang tercipta, tak mampu aku mengingatnya." Sang Kanda yang aku cinta, kembalilah..." ingin hatiku. Aku ingin meyakinkan semua keadaan bahwa ini masih baik-baik saja. Tapi apakah mungkin? Tidak... Semua belum baik-baik saja saat Sang Kanda kembali. "Bunda... masih tak restui kita..."
Aku bungkam, aku tak hanya bingung, aku gelisah. Logika bunda kita masih muda, tak akan jadi serius, tapi " Aku serius padamu, oh Sang kanda". Tapi samakah ingin kita wahai Sang Kanda? Aku tak tahu, tak akan pernah tahu. Namun bagaimana jikalah aku turuti keinginan Bunda? Mampukah aku melepaskanmu? Dan mampukah aku menghapus kenangan disela angka tiga merasuki kehidupan kita? Entahlah, aku tak mampu dan tak mau tahu....
to be continue...
Kamis, 19 Desember 2013
Lirih
Dari raga hingga jiwa
Tak ternoda namun bak sampah
Pikirku bak majas tak berirama
Tentang cinta dan cita
Yang selalu hilang bersama angin
Lirih nafasku tak mampu berkutik
Dari tangis yang mengandung syahdu
Aku tertawa kasar
Mungkin sudah gila
Karena kasih dalam rembulan
Yang hilang... bersama nyawa hidupku...
Tak ternoda namun bak sampah
Pikirku bak majas tak berirama
Tentang cinta dan cita
Yang selalu hilang bersama angin
Lirih nafasku tak mampu berkutik
Dari tangis yang mengandung syahdu
Aku tertawa kasar
Mungkin sudah gila
Karena kasih dalam rembulan
Yang hilang... bersama nyawa hidupku...
Selasa, 17 Desember 2013
Kembali Lagi
Aku bersenda gurau dibalik layar tepat satu tahun. Dunia yang aku
rasa indah, "Ini duniaku," batin hati kecilku. Seolah sudah aku buang
memori masa putih abu yang mengecewakan. Aku tersenyum sendiri bak
iblis menyulut api di pencarian yang aku mengerti. Menghembuskan nafas
sejenak tanpa keraguan. Namun memori yang tak pernah hilang hadir lagi,
bahkan terus berulang sampai pikirku berputar bahwa , "Duniaku tak
pernah berubah", nadaku bosan.
Langkah yang buat aku berhenti, terurai saat melihat pesona buram itu. Aku menatapnya sejenak lalu mengacuhkannya. Tak terpikirkan olehku untuk bertanya siapa namanya, apalagi berteman dekat dengannya. Ragaku berlalu saja, mengehembuskan angin kecil melewatinya.
Suatu ketika yang tak pernah terduga. Aku hanya memulai dengan canda tanpa rasa. Dia, dia, dia..." batinku. Yang terpogoh-pogoh mengejar cintanya namun tak kesampaian. Aku linglung tak pernah sadar, ini rasa yang kedua. Dejavu. Apa mungkin ? "Oh," batinku seakan menolak. Aku pejamkan mata dan rasanya ini berbeda disaat aku dengan Sang Kanda. Ada keyakinan di lubuk hati ini, tidak terombang-ambing dalam ketakutan saat aku mencintai Sang Kanda.
to be continue...
Langkah yang buat aku berhenti, terurai saat melihat pesona buram itu. Aku menatapnya sejenak lalu mengacuhkannya. Tak terpikirkan olehku untuk bertanya siapa namanya, apalagi berteman dekat dengannya. Ragaku berlalu saja, mengehembuskan angin kecil melewatinya.
Suatu ketika yang tak pernah terduga. Aku hanya memulai dengan canda tanpa rasa. Dia, dia, dia..." batinku. Yang terpogoh-pogoh mengejar cintanya namun tak kesampaian. Aku linglung tak pernah sadar, ini rasa yang kedua. Dejavu. Apa mungkin ? "Oh," batinku seakan menolak. Aku pejamkan mata dan rasanya ini berbeda disaat aku dengan Sang Kanda. Ada keyakinan di lubuk hati ini, tidak terombang-ambing dalam ketakutan saat aku mencintai Sang Kanda.
to be continue...
Senin, 16 Desember 2013
Porek
Mampukah mereka menghujat?
Sang dinda nan merana dalam penantian
Dini hari merajuk merasuki senja
Bukanlah karena kecewa
Hanya oleh sebekas luka tak bernoda
Oh Angin bilanglah pada bunda
Dinda tengah pilu bersama dusta
Merajuk ingin lenyap dari Sang Malam
Ingin menggoda malaikat 'tuk bersama Tuhan
Mencari kebahagiaan, dalam kebisingan rembulan
Sang dinda nan merana dalam penantian
Dini hari merajuk merasuki senja
Bukanlah karena kecewa
Hanya oleh sebekas luka tak bernoda
Oh Angin bilanglah pada bunda
Dinda tengah pilu bersama dusta
Merajuk ingin lenyap dari Sang Malam
Ingin menggoda malaikat 'tuk bersama Tuhan
Mencari kebahagiaan, dalam kebisingan rembulan
Minggu, 15 Desember 2013
Restu
Bagi yang masih berdiri
Menunggu yang dipuja
Nyawanya meronta-ronta akan kehilangan
Membekaskan lara panjang
Melihat segerombolan sayap hitam
Menentang, mencaci, dan mampu menghujat
Yang dicinta dalam dada...
Seakan punya beribu dosa pada nada
Yang terpikat dalam logika dan cinta
Bersujud mesra bersama doa
Menggigil saat mengucap cinta
Hati yang goyah,
Mampukah melihat raga yang lain
Bersama logika cinta
Cinta yang tak pernah buta
Menunggu yang dipuja
Nyawanya meronta-ronta akan kehilangan
Membekaskan lara panjang
Melihat segerombolan sayap hitam
Menentang, mencaci, dan mampu menghujat
Yang dicinta dalam dada...
Seakan punya beribu dosa pada nada
Yang terpikat dalam logika dan cinta
Bersujud mesra bersama doa
Menggigil saat mengucap cinta
Hati yang goyah,
Mampukah melihat raga yang lain
Bersama logika cinta
Cinta yang tak pernah buta
Sabtu, 07 Desember 2013
Kala
Kala yang mampu aku sebut
Rindu yang menguak
Menggebu...
Merronta meninggalkan bekas...
Ego rasa tak terkibaskan
Tetes air membanjiri hati
Kala yang ingin aku ucap
Aku cinta...
Rindu yang menguak
Menggebu...
Merronta meninggalkan bekas...
Ego rasa tak terkibaskan
Tetes air membanjiri hati
Kala yang ingin aku ucap
Aku cinta...
Jumat, 06 Desember 2013
Galau
Tuhan perasaan apa ini? Mengapa terasa kejam dan menyakitkan... Aku berhari-hari tanpanya, menguak rasa rindu bersama fisika, dan perlahan aku temukan sandaran yang nyaman... Ya...
Tuhan apakah aku tengah menduakan rasa? Tanpanya, aku mulai terbiasa... Tapi aku masih miliknya... Namun ditengah kehadirannya yang hilang, aku bersandar... di rasa yang berbeda...
Tuhan aku rasa ini berbeda... Oh tak mungkin aku mampu menduakan rasa ini, setelah angka tiga merasuki ke indahnya kebersamaan aku dan dia... Tuhan , tapi aku juga merindukan dia yang lain... Dia yang kini di sisiku, tapi tak layak aku ingin memiliknya...
Minggu, 01 Desember 2013
Lalu
Mengelak, dan menghela nafas sejenak
Mataku matamu bagai berlari
di tetes langit hujan
Berdua mampukah aku percaya
Dalam Doa dan dalam Karma
Oh detik seakan menyuruhku berucap
Namun lidah ini kelu
untuk membahasnya
Di segelas air melalui kerongkongan
Hati ini diam dalam penantian
Mataku matamu bagai berlari
di tetes langit hujan
Berdua mampukah aku percaya
Dalam Doa dan dalam Karma
Oh detik seakan menyuruhku berucap
Namun lidah ini kelu
untuk membahasnya
Di segelas air melalui kerongkongan
Hati ini diam dalam penantian
Dejavu
Yang tergoreskan di hati
Mampukah aku menulisnya lagi
Di lembar putih yang mati
Membayangkan parasmu saja sulit
Namun entah apa ini
Namamu ku bagi di hati
Layakkah aku bentuk lima notasi
Bukan, mungkin bukan itu
Ataukah ku mampu
Menyusun tujuh pola kata yang basi
Yang mungkin kau tahu,
Atau Yang hanya ingin kau jadikan
Abu...
Kau tahu?
Aku tak akan membahas hal itu
Cukup sekali dalam benakku
Namun menatapmu,
Lihat tingkahmu
Aku rasa dejavu
Mampukah aku menulisnya lagi
Di lembar putih yang mati
Membayangkan parasmu saja sulit
Namun entah apa ini
Namamu ku bagi di hati
Layakkah aku bentuk lima notasi
Bukan, mungkin bukan itu
Ataukah ku mampu
Menyusun tujuh pola kata yang basi
Yang mungkin kau tahu,
Atau Yang hanya ingin kau jadikan
Abu...
Kau tahu?
Aku tak akan membahas hal itu
Cukup sekali dalam benakku
Namun menatapmu,
Lihat tingkahmu
Aku rasa dejavu
Selasa, 26 November 2013
Menunggu
Aku meraung
Yang disebut hina
Mereka menyudutkan aku
Lalu sebut itu menjadi
Empat pola huruf..
Dosa..
Aku beradu dengan angin
Memohon bawa aku
Ke Surga
Ingin bertemu bahagia
Namun udara menolak
Beriringan...
Aku pun terduduk bak idiot
Menunggunya diperaduan tawa
Rerumputan bernyanyi
Mengusik gerah jiwa ini
Tak mampu berucap
Menunggu...
Yang disebut hina
Mereka menyudutkan aku
Lalu sebut itu menjadi
Empat pola huruf..
Dosa..
Aku beradu dengan angin
Memohon bawa aku
Ke Surga
Ingin bertemu bahagia
Namun udara menolak
Beriringan...
Aku pun terduduk bak idiot
Menunggunya diperaduan tawa
Rerumputan bernyanyi
Mengusik gerah jiwa ini
Tak mampu berucap
Menunggu...
Jumat, 22 November 2013
Menunggu
Terlewati seribu malam
Di tengah penantian segunung harapan
Meneteskan tinta samar ,
Yang ditemani sang pelipur lara
Senyum yang terukir lalu mengikat janji
Bahagia semerbak menampakkan dunia
Berdetak gundah dalam haru
Sang pelipur terpogoh ingin genggam tangannya
Namun sayang, Ia ditinggal pergi
Menangis lagi...
Menunggu detik kan berubah menjadi bulan
Berharap sosok itu tiba-tiba hadir
Lalu memeluk serta bercumbu dalam tawa
Dan Bahagia...
Di tengah penantian segunung harapan
Meneteskan tinta samar ,
Yang ditemani sang pelipur lara
Senyum yang terukir lalu mengikat janji
Bahagia semerbak menampakkan dunia
Berdetak gundah dalam haru
Sang pelipur terpogoh ingin genggam tangannya
Namun sayang, Ia ditinggal pergi
Menangis lagi...
Menunggu detik kan berubah menjadi bulan
Berharap sosok itu tiba-tiba hadir
Lalu memeluk serta bercumbu dalam tawa
Dan Bahagia...
Rabu, 23 Oktober 2013
Marah
Matanya sembab, dia menatap keluar
Tak tertoleh dari apa yang didengar
Ia seperti tuli, namun tak juga buta
Dia merongos, merogoh menangkap
Sehirupan oksigen yang tak ingin dicapainya
Pikirannya mulai membisu
Tangannya hanya bisa menarik secarik kertas
Lalu Ia melukiskan darah tanpa luka
Ia mengukirnya dengan tinta tanpa warna
Detak nadinya tak mampu lagi berbicara
Ia ingin hilang dalam kehidupan tanpa celah...
Tak tertoleh dari apa yang didengar
Ia seperti tuli, namun tak juga buta
Dia merongos, merogoh menangkap
Sehirupan oksigen yang tak ingin dicapainya
Pikirannya mulai membisu
Tangannya hanya bisa menarik secarik kertas
Lalu Ia melukiskan darah tanpa luka
Ia mengukirnya dengan tinta tanpa warna
Detak nadinya tak mampu lagi berbicara
Ia ingin hilang dalam kehidupan tanpa celah...
Kamis, 17 Oktober 2013
Kesal
Terkutuk semua yang tertawa
Yang ternoda diinjak-injak bagai semut kecil
Matilah semua yang tersenyum
Yang tersakiti digeret paksa bagai habis berbuat mesum
Mengolok-olok harus terbakar bersama neraka
Lalu mereka akan didorong-dorong ke dalam segitiga bermuda
Jatuh dan hilang saja
Tak akan ada yang perduli...
Yang ternoda diinjak-injak bagai semut kecil
Matilah semua yang tersenyum
Yang tersakiti digeret paksa bagai habis berbuat mesum
Mengolok-olok harus terbakar bersama neraka
Lalu mereka akan didorong-dorong ke dalam segitiga bermuda
Jatuh dan hilang saja
Tak akan ada yang perduli...
Rabu, 09 Oktober 2013
Rasa
Ini rasa dalam diam
menekuk, meliuk, debaran dosa
senyum manisnya disebutkan sebuah zina
Aku mengaguminya, tetap...
Dalam tawa..
Sentuhan lembut dari genggamannya,
hatiku menggonggong ingatkan salah
tak berarti, aku tak menepis
Aku rasa ini lain,
Ini tak ternoda,
Dalam sebuah tangis..
Pandanganku mampu berdusta,
Ucapanku gagah mengelak...
Dia tetap menatapku dalam sebuah dosa
Dosa yang tak berarti salah...
Tak pula aku ucap itu hina...
Buang, aku merelakan seekor kumbang
Hanya terpaut pada senyumnya
Tatapan setannya,
Tapi tak memberi sebuah noda,
Dan mereka sebut itu dosa...
Zina hati benarkah?
menekuk, meliuk, debaran dosa
senyum manisnya disebutkan sebuah zina
Aku mengaguminya, tetap...
Dalam tawa..
Sentuhan lembut dari genggamannya,
hatiku menggonggong ingatkan salah
tak berarti, aku tak menepis
Aku rasa ini lain,
Ini tak ternoda,
Dalam sebuah tangis..
Pandanganku mampu berdusta,
Ucapanku gagah mengelak...
Dia tetap menatapku dalam sebuah dosa
Dosa yang tak berarti salah...
Tak pula aku ucap itu hina...
Buang, aku merelakan seekor kumbang
Hanya terpaut pada senyumnya
Tatapan setannya,
Tapi tak memberi sebuah noda,
Dan mereka sebut itu dosa...
Zina hati benarkah?
Selasa, 08 Oktober 2013
Harapan Palsu
Itu matahari menyerupai bintang
Memberikan harapan tak tahu ujungnya
Harusnya bersinar di balik malam
Tapi redup dibalik fajar
Mengombang ambing s'luruh lapisan atmosfer
Disaat aku tengah sampai lapisan ke enam
Namun sang matahari makin menjauh,
Hingga menuntunku sampai ke bintang
Aku melengos seolah jenuh
Bintang, untuk apa sebuah bintang
Dia gelap tanpa matahari
Dia kosong di saat terik...
IMurka...
Memberikan harapan tak tahu ujungnya
Harusnya bersinar di balik malam
Tapi redup dibalik fajar
Mengombang ambing s'luruh lapisan atmosfer
Disaat aku tengah sampai lapisan ke enam
Namun sang matahari makin menjauh,
Hingga menuntunku sampai ke bintang
Aku melengos seolah jenuh
Bintang, untuk apa sebuah bintang
Dia gelap tanpa matahari
Dia kosong di saat terik...
IMurka...
Sabtu, 05 Oktober 2013
Short message
Meraung dalam kehinaan
Dosa seakan tak berarti
Hanya terpintas bayang semasa merangkak
Tapi semua tetap sama
Tetaplah hina
Dunia mengecohku dengan prasangka
Siapa yang tak buta merasakan skenario suram
Tuli tetaplah tuli,
maka aku akan lakukan itu...
Yang jahat tetaplah jahat,
Maka raunganku tetaplah gempar...
Dosa seakan tak berarti
Hanya terpintas bayang semasa merangkak
Tapi semua tetap sama
Tetaplah hina
Dunia mengecohku dengan prasangka
Siapa yang tak buta merasakan skenario suram
Tuli tetaplah tuli,
maka aku akan lakukan itu...
Yang jahat tetaplah jahat,
Maka raunganku tetaplah gempar...
short message
Terka saja yang kau ucap
Kau pikir itu abu
Ditiup angin langsung berlalu?
Kau salah....
Cakap bahasamu itu menarik ulu hati
mencabik-cabik jiwa
meneteskan air mata...
Lalu berdarah dalam dada...
Kau pikir itu abu
Ditiup angin langsung berlalu?
Kau salah....
Cakap bahasamu itu menarik ulu hati
mencabik-cabik jiwa
meneteskan air mata...
Lalu berdarah dalam dada...
Shoort message
Yang termenung di pagi hari
memubuka mata menantang samudra
namu tatkala terik datang dia merajuk
menendang.....
membangkang...
Sesaat di gelap malam dia merintih
menangis...
Terseduh-seduh hadapi dunia,
Ia gila pikirnya,
Namun jiwanya menolak...
Tapi tetap... Ia tak menyerah...
memubuka mata menantang samudra
namu tatkala terik datang dia merajuk
menendang.....
membangkang...
Sesaat di gelap malam dia merintih
menangis...
Terseduh-seduh hadapi dunia,
Ia gila pikirnya,
Namun jiwanya menolak...
Tapi tetap... Ia tak menyerah...
Jumat, 04 Oktober 2013
Short message
Hujan,
Lalu sesak...
Terburu-buru dibunuh waktu
Yang tersipu,
Akhirnya runtuh...
Mereka tertawa bersama malu
Lalu sesak...
Terburu-buru dibunuh waktu
Yang tersipu,
Akhirnya runtuh...
Mereka tertawa bersama malu
Lingkaran
Tuhan aku menerka-nerka
Sebuah lingkaran tanpa ujung
Terputus lalu menjadi abu
Lalu tersambung dianggap hantu
Tuhan logikaku mulai gila
Melihat lingkaran itu tersambung sendiri
Pandanganku mulai sempoyongan
Seakan lingkaran itu memberiku arti
Sebuah lingkaran tanpa ujung
Terputus lalu menjadi abu
Lalu tersambung dianggap hantu
Tuhan logikaku mulai gila
Melihat lingkaran itu tersambung sendiri
Pandanganku mulai sempoyongan
Seakan lingkaran itu memberiku arti
Senin, 13 Mei 2013
Curhat
Sesuatu yang sangat membuatku kesal -____-
Dari Palembang pergi jam 05.45sampe jam 07.00 wib ehhhh taunya dosennya nggak masukkk !!!! COME TO THE PRET dhaaa......
aku bete banget ya Allah :')
akhir-akhir ini banyak banget yang buat aku menahan nangis...
kayak kata Sabaku No Gaara : Kenapa ya dadaku sakit sekali padahal nggak berdarah :') hahaha
Ya Allah , aku pengen banget menemukan kebahagiaanku sendiri :')
Kenapa ya semuanya yang aku jalanin bukan yang aku pilih ya Allah :'D
Aku cuman mau bahagiain yang ada disekitarku ya Allah...
Ada satu mimpi yang pengen aku gapai di saat aku kuliah ini , tapi kalo aku nggak diizinkan dapet ya ga apa apa :')
mungkin nanti ada yang Engkau izinkan aku gapai dengan senyuman yang indah dari bibir ini...
Kenapa Tuhan nggak menjawab doa kita, padahal itu baik bagi kita, tapi ternyata Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuk kita , amin :')
Selasa, 07 Mei 2013
HeartLine...
Dunia siapa hirau,
Hidup saja dalam kesombongan
Mati saja tak diterka
Makan daging darah sejawat
Menjijikan.... Sangat menjijikan...
Dinanti kemarau jiwa
Harapkan air mata dunia menetes sempurna,
Membanjiri medan drama
Sangka menyangka tatkala ada murka
Membosankan... Sangat membosankan...
Gemetar nan berliku
Tak disebut namun tampak ke arena
Pejam saja, teriak saja...
Buram... menerka, nerka...
Mereka...
Membanjiri medan drama
Sangka menyangka tatkala ada murka
Membosankan... Sangat membosankan...
Gemetar nan berliku
Tak disebut namun tampak ke arena
Pejam saja, teriak saja...
Buram... menerka, nerka...
Mereka...
Senin, 06 Mei 2013
A letter for God :')
God, it's my heart ...
god, my heart is so damned
I do not miss, not love
I sought the Lord, beautiful throne ...
God, I've never seen
God, I've never touched you
Even hear a voice
But ...
I believe in your existence,
And you're next to me God ...
You can see how tired my heart,
I am staggered how it squandered my life
What I was there for God?
Maybe not for them, but it is enough for you alone ...
God, if my breath is better in a life,
give me life ...
But if death is better for me, give me a beautiful death ...
God ...
ABSTRAK
Ini amarah dari sang senja
Mencekik, menekuk, dan terbungkam
Itu pandangan bukan demikian
Terlunta, tertawa, lalu tergores
Syahdu lupakan saja sang Ratu
Memandang, mengelak, enggan mengecoh
Dari kalbu terdalam
mengukir....
Ini kata demikian...
menjarah....
Yang enggan menoleh,
Demi kabar di utara
lalu terbias licik dari sejarah...
dan itu abstrak...
Mencekik, menekuk, dan terbungkam
Itu pandangan bukan demikian
Terlunta, tertawa, lalu tergores
Syahdu lupakan saja sang Ratu
Memandang, mengelak, enggan mengecoh
Dari kalbu terdalam
mengukir....
Ini kata demikian...
menjarah....
Yang enggan menoleh,
Demi kabar di utara
lalu terbias licik dari sejarah...
dan itu abstrak...
Sabtu, 16 Maret 2013
Storia
In a state of fatigue I keep looking ahead. In thought I fought dirty in a lack of doubt. Probably not a few who berate, hate, and blasphemy, but I'm still in a state of pioneer life smile.
Nights allow me to tell you many things. Waiting for the sky in the bitter light endless journey. My footsteps sometimes feels humiliated, but still I didnt bother, my path remains one that is happiness.
I think everyone has realized to hate me. But I think that's okay, they hate because they love. They didnt bother to think of me if they didnt care about me. But still they hate me, they love me mark.
Stares cruelly kill, stab the heart. The whispers said sometimes a roar. Addressed to me, yes I am. I just looked away as if I do not care about going around, which I think is me ... I .. I still ...
How about to talking about love. I think so many boys that i have hurted them. But actually I didnt care. For what I care about them, It cans helping them to forget me, It just make their heart just too hurt... more than hurt....
How about to talking about love. I think so many boys that i have hurted them. But actually I didnt care. For what I care about them, It cans helping them to forget me, It just make their heart just too hurt... more than hurt....
Kamis, 14 Maret 2013
SEBUT ITU TIGA (CERPEN)
“Disaat
itu tiga, itu tetaplah terbilang dua. Maka apa artinya tiga jika itu terucap
dua.Waktu izinkanlah tiga itu tetaplah menjadi tiga, karena jika dua akan
terucap tiga maka itu artinya satu akan melepas segala kepenatan dunia.”
--------------------
Naura menghempaskan tasnya di meja
belajarnya. Dia membantingkan tubuhnya di atas pulau peraduan. Bantal hello kitty itu diremuknya dan dibuangnya
menjauh dari tempat dia singgah. Tak lama air matanya mengucur deras di
pipinya. “Tetap saja itu dua,” bentak batinya.
Gina melotot tajam memberikan tatapan seram terhadap
Naura. Naura tetap saja mengomel mengikuti nafsunya. Ressa mencoba menenangkan
kedua sahabatnya itu yang nampaknya sedang dipenuhi aura jahat.
“Kenapa sih kalian berdua, apa yang
salah dari gua, kalian selalu aja berdua, kita itu bertiga tapi kenapa kalian
tuh kayak nggak pernah nganggep aku ada!” bentak Naura.
“Eh elo yang kenapa, pagi-pagi udah
marah-marah gak jelas sama kita berdua!” jawab Gina dengan nada tinggi yang tidak
kalah dari Naura.
Ressa mencoba memisahkan kedua
sahabatnya itu dalam pertarungan mulut yang telah terjadi selama setengah jam.
“Naura udah, Gina juga stop, jangan kayak ini, nggak enak didenger orang.”
Gina berdiri dengan amarah yang
meluap. Matanya tetap melotot kejam dengan desas-desus nafas tak beraturan. “Lo
kalo bosen temenan atau nggak mau jadi sahabat kita lagi udah sana, pergi lo!
Kita juga gak butuh elo!” ucap Gina kasar sambil mendorong pundak Naura dan
berlalu darinya.
Ressa tersentak mendengar ucapan
sahabatnya, Gina. Dia berlari mengejar Gina, berusaha untuk menenangkan Gina.
“Gin, yang elo ucap itu keterlaluan Gin! Tenang Gin, tenang!”
“Re gue capek sama dia! Dia selalu
kayak gitu sama kita apa lo gak sakit hati Re!”
Ressa terdiam. Pikirannya bingung bukan
kepalang. Ia membalik langkah kakinya ingin melihat keadaan sahabatnya, Naura,
tapi langkahnya terhenti, Naura telah ada di hadapannya.
“Re gak usah pikirin gue lagi, makasih
Re lo udah baik sama gue,” ucap Naura dan langsung berlalu.
Naura berusaha melangkahkan kaki untuk
kembali ke rumahnya. Dia melihat dua mobil yang tak asing baginya tengah ada di
garasi rumahnya. Langkahnya terhenti sejenak. Ia menggengam, mengangkat kedua tangannya, lalu memejamkan
matanya. Tak lama kemudian, ia melangkahkan lagi kaki mungilnya untuk siap
masuk ke dalam rumah.
“Praaang!” sebuah piring melayang
tepat di depannya kini hancur menjadi serpihan,
Dua orang paruh baya itu mencoba
menenangkan nafasnya saat melihat putri cantiknya yang hampir terkena piring
melayang tadi. Naura yang semula terkejut, kini mulai melanjutkan lagi langkah
kakinya ke tempat peraduannya. Dua orang paruh baya itu mencoba mendekati anak
semata wayangnya itu, namun Naura menolak salah satu tangan dari mereka yang
mencoba menyentuhnya. Dia tetap berjalan menuju singgasana peraduannya. Dia
melangkah, hatinya lelah.
“Deru
izinkan aku berseru
Tunjukkan bahwa
dunia ini palsu
Dalam gemuruh aku mengadu
Aku perlu seribu kertas
berdebu
Menunjukkan hatiku disini tengah berlagu
Runtuh”
Air mata dan bercak
darah terus menetes memburamkan semua tulisan di heningnya malam. Naura mencoba
menenggelamkan dirinya dari semua dunia nyatanya. Dia ingin terlelap,
berfantasi dalam keheningan walau itu sebentar. Namun setidaknya Ia dapat
tersenyum walau hanya beberapa jam saja.
-------------------------
Sorot sinar pagi membangunkannya dalam
fantasi indahnya semalam. Wanita paruh baya itu mendekati Naura yang masih
berleha-leha di kasur manisnya. Ia mencoba menyentuh Naura, tapi Naura langsung
beranjak dari kasurnya. Dia meninggalkan wanita paruh baya itu sendiri, ia
bergegas ke kamar mandi.
“Na, kamu nggak mau sekolah apa?”
tanya wanita paruh baya tak lain adalah Mama Naura.
Naura diam saja dan tetap mengoles
roti dengan selai strawberry seolah tak mendengar wanita itu bicara
kepadanya.
“Hmm, apa kamu libur hari ini sayang?”
Tanya wanita yang masih berharap putri cantiknya itu menjawabnya.
Naura menatap mamanya tajam. Dia
menghembuskan nafasnya kasar. “Mama urusin aja kerjaan mama, bukanya Naura itu
nggak berguna di mata Mama dan Papa,” ia bergegas meninggalkan mamanya sendiri.
Wanita paruh baya itu menghela nafas.
Air matanya jatuh, air mata penyesalan yang tak pernah dia renungkan
sebelumnya.
------------------
Ressa mencegat Gina untuk tetap
menjawab pertanyaannya. Gina mencoba mengelak dari hadapan Ressa. Namun tak
sengaja tangan Ressa melayang ke muka Gina. Ressa tersentak, namun mencoba
tenang. Gina yang nampaknya emosi langsung membentak Ressa.
“Re gini lo ya, sahabat lo bilang, berani
maen tangan, sahabat macam apa lo!” tatap Gina tak percaya.
“Gin, lo yang sahabat macam apa, lo
gak sadar apa yang lo buat sama Naura. Dia itu sahabat kita Gin, seorang
sahabat itu harusnya mendengarkan, memamahami, dan menenangkan, bukannya membuang
sahabatnya sendiri!” bentak Ressa.
“Dia itu keterlaluan Re, dia selalu
aja ngomong kalo kita itu nggak perduli sama dia! Kalo dia gak suka lagi sama
kita, lebih baik dia pergi Re! dia itu nyusahin kita aja!” jawab Gina yang
masih memegang pipi kanannya.
“Wajar Gin dia gitu, kita tau Gin dia,
Kita tau apa yang orang lain nggak tau Gin,” bentak Ressa.
Gina terdiam dan menunduk kaku. Ruang
hatinya tergencat malu. Perlahan matanya yang semula penuh tatapan iblis kini
bergenangan air asin meluluhkan pikirannya. “Re……”
----------------------------
Naura mencoba bertahan dari
pikirannya. Dia tak tega, sungguh tak tega mendengar isak tangis wanita paruh
baya yang disebutnya Mama itu. Dia ingin mengetuk masuk pintuk coklat itu dan
memeluk wanita itu. Dia pun memulai langkah kakinya, membuang semua
keegoisannya.
“Kreeek,”
Wanita paruh baya itu melihat ke arah
pintu dengan muka sembab.
“Ma, maafin Naura ma…” ucap Naura yang
langsung mendekap wanita itu.
Wanita itu terharu. Isak tangisnya
menambah jadi pada siang itu. Dia mendekap putri sematang wayangnya itu erat. Dekapan
ini yang pertama kali sejak dia tidak memperdulikan putrinya itu. “Maafin mama
Nak, maafin Mama.”
------------------------
“Sudah berapa lama kamu mengalami
gejala ini? Mimisan, sakit kepala?” Tanya lelaki dengan baju yang serba putih
itu.
“Entahlah Pak, mungkin satu tahun
belakangan ini Pak, terlalu banyak masalah Pak, Saya pikir ini hanya gejala
karena stress yang berlebihan Pak,”
Lelaki itu menghela nafas. “Baiklah,
kamu masih sekolah, kuliah, atau bekerja?”
“Saya masih SMA Pak, ada apa pak
dengan Saya?”
Lelaki itu terdiam sejenak. “Sebaiknya
Anda tidak melanjutkannya untuk sementara, anda harus banyak istirahat dan
Anda…”
Dia tersentak tak percaya.
“Maafkan Saya, Anda harus menjalani
perawatan…”
-------------------------
Ressa nampak murung satu minggu ini.
Kemana Naura? Mengapa sejak insiden itu dia tidak pernah masuk ke sekolah lagi.
Apakah dia benar-benar sedih, sakit hati, atau memutuskan untuk pergi agar
tidak bertemu Gina? Apa yang terjadi dengan Naura? Dia Nampak gelisah, sangat
gelisah. Dia memutuskan pulang sekolah ini untuk mampir ke rumah Naura untuk
tahu apa yang tengah terjadi pada sahabatnya itu.
-------------------------
“Ressaaaa….” Pekik Naura bahagia. “Aku
kangen sama kamu Re.”
Ressa tersenyum bahagia melihat
sahabat baiknya itu nampak sehat. “Aku juga kangen Na sama kamu.”
Naura pun langsung menarik tangan
Ressa untuk bergegas masuk ke rumahnya. Tak lama, Mama Naura pun menyambut
hangat Ressa. Naura dengan bahagia dan cerianya mengenalkan Ressa dengan
Mamanya. Batin Ressa Nampak benar-benar bahagia melihat Naura yang terlihat
akrab dengan mamanya, namun tetap saja tujuannya ke rumah Naura adalah
menanyakan tentang ketidakhadiran Naura selama satu minggu.
Naura mulai termenung setelah
bercerita banyak dengan Ressa. “Hah.”
“Na? Ada apa?” Tanya Ressa yang mulai
bingung.
“Gina, dia harus ke rumah ku besok
sebelum jam tiga sore,” ucap Naura dingin.
Ressa heran dengan ucapan sahabatnya
itu. “Na?”
“Paksa dia Re, aku sayang dia Re.
Kalian berdua adalah sahabat terbaikku Re.”
-----------------------------
“Gin please!” paksa Ressa.
“Sekali enggak tetep enggak Re!”
“Gin Lo keras kepala banget! Sekali
ini aja Gin! Gimana kalo itu permintaan terakhir Naura!” desak Ressa sambil
melihat jam yang hampir menunjukkan pukul tiga sore.
Gina membelalak mata. “Re lo jangan
ngomong ngasal.”
“Gue yakin Gin lo nggak mau kan berantem
apa Naura, please Gin, gue rela jadi
budak Lo! Asal Lo mau ke tempat Naura,”
Gina hening, hatinya memaksa,
mendesak. Dia membuang keegoisannya. Dia melangkah masuk ke mobil. Ressa
menghela nafas tenang. Mobil pun melaju kencang. “Ada seseorang yang menunggu
disana.” Batin Gina.
--------------------------
Mereka sampai pada jam menunjukkan
angka 14.58. Ressa terpontang-panting menarik Gina untuk menemui Naura. Namun suasana
di rumah Naura tampak aura tegang. Terlihat papa dan mama Naura yang penuh rasa
cemas di penuhi air mata penyesalan. Ressa dan Gina mulai melambatkan
langkahnya menuju kamar Naura. “Ada apa sebenarnya?” batin mereka berdua.
“Pa, Ma, Naura sayang kalian. Pa, Ma,
Naura emang gak mau kasih tau apa yang terjadi sama Naura sekarang. Papa sama
Mama harus akur ya, Gina… Re,..”
Mama dan Papa Naura menoleh ke
belakang. Terlihat disana Gina dan Ressa yang terbujur kaku kebingungan melihat
apa yang tengah terjadi pada Naura. “Na, …” desah mereka berdua lemas.
“Naura sayang Gina dan Ressa. Kalian
udah kayak saudara Naura sendiri…”
“Teng…” jam menunjukkan angka 15.00.
“Leukimia,” ucapan terakhir Naura
lepas dan langsung memejamkan kedua matanya.
“Naura..”
“Na, Naa, Nauraaaaaaaaaaaaaaaaaaa,
bangun Na, bangun, jangan tinggalin Mama Nak, Naura…” teriak Mama Naura
histeris dan penuh air mata penyesalan. “Pa…. Paaaaa, Naura Pa…”
“Re….” desah Gina terjatuh tak
berdaya.
---------------------------
“Tuhan
jikalah aku setangkai bunga maka aku adalah Gerbera. Aku hidup diantara
ilalang-ilalang nakal dan diinjak manusia. Disaat mereka melihatku setangkai
bunga yang indah, mereka tetap menginjakku Tuhan, karena mereka pikir aku
adalah sekawanan ilalang nakal. Tuhan, maka disaat aku diinjak, dan aku layu,
tolong buatlah disaat sebuah kata yang akan terbilang dua, maka buatlah itu terucap
tiga. Aku tak akan pernah layu di hati mereka, Tuhan” –Naura-
TAMAT
Langganan:
Postingan
(
Atom
)