Samar-samar,
Seakan mendekat, lalu melangkah mundur
Seakan maju, lalu mengelak
Bayang itu, menyentuh hidupku
Aku, hanya tak mampu
Menarik tangan itu seakan ragu
Puisi itu bukan dusta kan?
Atau aku terlalu bodoh untuk mencerna tiap kata...
Aku mencari langitku yang hilang,
Aku ingin kembali ke tempat yang seharusnya,
Kau mungkinkah?
Jika enggan, maka menyingkirlah...
Tawa kita, hampir membunuh tiap detik rasa acuh ini
Waktu kan mengubahnya,
Menjadi hela nafas, dan membentuk kata cinta
Jumat, 30 Oktober 2015
Bayangmu
Langganan:
Postingan
(
Atom
)