HELLO, WELCOME TO MY BLOG!
Image by Cool Text: Free Logos and Buttons - Create An Image Just Like This

Sabtu, 03 Maret 2012

Rasa :)


Jikalah tiada rasa yang pantas
Aku kan menyerah…
Tak mampu aku dengar seruan kekalahan yang menginjak…
Batinku terlanjur perih untuk semuanya… semuanya!

Dikala sebuah nama memaksaku ‘tuk mengenang…
Maka hatiku tiada mampu ‘tuk ucapkan sebuah rasa…
Dininya kisah lama aku, kau dan dia
Sudahlah sirna disebuah harap…

Egoku terlanjur membara,
Kau ku caci dan aku tendang..
Lalu dia aku lilit serta ku buang…
Sungguh tiadalah rasa hatiku ini…
Pada sebuah kehidupan…
Aku bagaikan bumi tak membutuhkan Sang Jagat Raya…

Namun dikala tawa menghabisi naluri,
Dirgantara tiada senang lihatku mengukir senyum bahagia…
Elegi pengiang tidur tiada di harap datang tiba-tiba
Mengontrolku masuk kekeinginan  jiwa…
Lalu aku terbangun seketika…
Melihat semuanyatiada yang sapa..

Untuk rasa yang tak pantas aku kecewa…
Ku tiada perlu seru dari semuanya…
Karna rasaku berbeda, tiada jualah sama dengan yang seharusnya ku rasa…

Please check my twitter => @lauraovita or my Facebook => Ovita Laura :D

Kamis, 01 Maret 2012

Okay, Let You Know Me !!!!

 Dear,


Hello bloggers in the world :D

Let me introduce my self before i talk more in my blog :D

 My Name is Ovita Laura. You can call me Ovita or Ovi. I was born in Pangkal Pinang, Indonesia 31st October 1994. I love PEMPEK :) Did you know it??? It was a traditional food from Palembang. I really love it, so much :*

I like writing a poem. I always pour out my feelings through a poem.... In this, I will share my poems. Please give comment for my poem :D

Only That, Thank You.



Sweet Heart,




-Ovita Laura-

FICTION :)

DEJAVU

 “Perasaan ini, sepertinya pernah aku rasakan. Dan aku rasa kini aku bagaikan tengah mengulang kejadian pada waktu itu. Sungguh…..”
D

ejavu…. Mungkinkah?  Bagaimana bisa aku merasakan itu seketika. Saat bersamanya dan saat bersama dirinya.

“Cha… kenapa akhir-akhir ini loe banyak bengong sih? Ada yang ngganjel hati loe apa ?” Tanya Rara kepadaku yang dari tadi duduk termanggu di ruang kelas.
“Ra, kayaknya gua lagi dejavu deh! Serius gua Ra… duh kenapa yah gua? Duh  gua bingung sendiri jadinya “ jawabku yang masih memikirkan sesuatu.
“Busyeettt dah loe Cha! Keren amat kata-kata loe Cha! Pake acara dejavu segala… emang ada apa sih Cha? Something in the past maybe make you feel that?” tanya Rara penasaran.
“Gue teringet ama Deno Ra! Entah kenapa sejak pacaran sama Reza, bayang-bayang Deno muncul secara tiba-tiba gitu. Reza  mengingatkan gua lagi ama First Love gua Ra, Deno! Ucapku sambil mengguncang tubuh Rara.
“Deno? Reza? Ah elu ada-ada aja sih Cha… udah ah pulang yuk, laper nih gua, nggak sabar makan masakan nyokap tercinta! Ujarnya menarikku keluar kelas.
Aku membantingkan tasku di atas ranjang. Deno, Deno… kenapa tiba-tiba aku meningatnya? Reza, teman hatiku saat ini. Yah bisa aku bilang Dia itu pacarku. Hanya saja hatiku belum bisa mencintai, atau menyukai, dan mungkin sejenisnya. Dia hanyalah sekadar penghias hatiku yang aku rasa hatiku ini masih saja mengharapkan seseorang itu bersamaku.
Hpku berdering. Aku rasa itu Za, ya Reza.
“Cha, kamu dimana? Udah pulang sekolah belum?” Tanya Reza.
“Eh Zaza, udah kok Za. Zaza sendiri dimana?”  Tanyaku membalas dari semua pertanyaannya.
“Aku masih di sekolah. Cha udah makan belum?”  Tanya reza.
“Belum nih Za. Zaza sendiri?” Tanyaku kembali.
“Belum juga. Cha, Za ke rumah ya? Cha bisa hang out kan?” Tanya Reza.
“Mmm ya Za. Yasudah Cha mau ganti baju dulu, Za jangan lama-lama ya jemput Cha! Jawabku langung mematikan telepon.
Pergi berdua bersama Reza, membuatku merasakan dejavu kembali. Rasanya aku masih saja mengingat mantanku yang dulu, Deno. Dia belum bisa hilang dari pikiranku. Yah, mungkin bisa dibilang aku masih menyimpan rasa pada Deno.
Aku menatap Reza cukup lama. Bila aku pikir-pikirkan kembali tentang perasaanku pada Reza, rasanya aku sangat jahat padanya. Mungkinkah akhir cerita cintaku akan berakhir sama seperti yang sebelum-sebelumya karena aku masih mengaharapkan Deno? Ditambah lagi saat bersama Reza perasaan dejavu itu muncul kembali.
“Cha, ayo dong pose. Aku mau ambil foto kamu” Ucapnya tersenyum lirih.
Setiap berada di sisi Reza, selalu saja aku ini bagaikan model dadakan. Reza selalu saja bilang bahwa aku ini cewek satu-satunya yang akan dia foto. Entah mengapa? Apakah Reza sangat menyayangiku sampai segitunya?
“Cha, coba liat deh kamu cantik banget di foto. Besok-besok pake baju yang looking funny yah… Biar kamu tambah cantik di foto…” Ucap Reza penuh semangat.
“Hahaha, Za bisa banget deh muji Cha… Cha kan jadi malu nih “ jawabku tersenyum malu.
“Tapi Cha emang cantik kok. Cha satu-satunya cewek yang paling cantik setelah Ibu…” Senyumnya disertai tawa.
“Ra, kayaknya gua mau putus deh sama Reza, “ ucapku perlahan.
Rara melongok kaget. “Putus? Kenapa Cha? Lo ada masalah apa sama dia?”
“Gua nggak mau nyakitin hati dia Ra. Gua teringet Deno melulu saat pacaran sama dia, sama aja gue nusuk dia dari belakang. Ntar kalo gue pertahanin kena hokum karma deh gua Ra” ucapku penuh keseriusan.
“kalo loe udah yakin dengan keputusan loe, yah silahkan Ra.
“Za, hubungan kita sampai disini aja ya” ucapku pada suasana hening di Saimen Café.
“Maksud kamu? Kita putus Cha?” tanyanya sontak memegang tanganku.
“Maaf Za, gue harus pergi sekarang” ucapku yang langsung pergi meninggalkannya.
Aku berjalan perlahan mengitari setiap sudut kota. Entahlah mungkin ini adalah keputusan yang terbaik agar aku tidak menyakitinya. Yah sebaikya dia tidak denganku. Dia pasti bisa menemukan yang lebih baik tidak seperti aku.
“Serius loe Cha? Loe bener-bener putus sama Reza?” Tanya Rara dengan kaget saat aku menceritakan kejadian kemarin siang di Saimen Café.
Aku mengangguk pelan dan aku pun hanya diam.
“Reza itu sudah baik banget padahal selama elo! Udahlah Cha, ngapain juga kamu masih inget-inget sama Deno! Dia sudah nyakitin loe, dia yang mutusin loe. Loe kok masih aja inget-inget sama dia!”
Aku hanya menatap Rara yang sibuk memberikan aku nasehat-nasehat. Tanpa tersadari tanganku ditarik oleh Reza.
“Gue mau bicara sama loe Cha! Please!”
Aku hanya diam seribu bahasa tanpa menatap wajahnya. Aku merasakan tatapan tajam sesaat yang Reza lontarkan padaku. Aku rasa dia marah padaku. Tapi apa boleh buat daripada aku hanya menyakiti hatinya.
“Kasih aku alasan Cha, aku nggak ngerti kenapa kamu kayak gini sama aku…” ucapnya yang masih menatapku dengan tajam.
“Sudahlah Za… mau alasan apa lagi? Cukup sampai disini aja Za” lontarku membalas tatapannya tajam. Tersirat dalam hatiku bahwa aku harus bersikap jahat padanya. Mungkin itu bisa membuatnya tidak mencari-cariku lagi dan berlalu dariku.
“Cha apa yang ada di dalam hati loe tentang gue? Apakah nggak ada sedikit rasa tersirat dari hati loe ke gue Cha? Kenapa loe mudah banget ngucapin kata perpisahan? Apa loe nggak pernah sayang sama gue Cha…” tuturnya penuh harapan.
“Za, sekarang untuk apa alasan buat loe? Kalo gue udah ngasih alasan dengan loe, loe langsung bisa pergi dari hadapan gue? Dan loe langsung berlalu?”
“Cha… Nyokap gue adalah wanita  pertama  gue sayang dan cinta. Dan setelah itu wanita itu adalah loe Cha… Gue sayang banget sama elo Cha…”
“Gue udah  bosen Za ama loe. Gua udah punya pilihan lain. Dan lagi pula gue nggak pernah sayang ama loe Za. “ Ucapku penuh dengan kebohongan.
“Cha… kenapa…….” Ucapnya lemas.
“Inilah aku Za. Dan sekarang kamu bisa pergi kan dari aku…Za… jangan ganggu aku lagi. Aku ini bukan yang terbaik buat loe!” Ucapku palsu dan langsung berlalu.

* REZA
“Ketika semuanya harus berakhir… ketika pelukku tak lagi menanti, telah ku berikan yang mau aku beri… namun tak jua puaskan hatimu..
Kau memilih tuk akhiri kisah ini, kau hempaskan aku tak berdaya…”
Aku hanya membacanya sekilas tanpa membalas. Aku benar-benar tidak ingin menyakiti hati Reza. Terngiang aku akan ucapan-ucapan Reza. Sepertinya dia benar-benar mencintaiku. Tapi mungkin hanya kata maaf yang mampu terlontar dari hati serta mulutku padanya. Perasaanku benar-benar masih tertuju sama Deno. Walau dia sudah menyakitiku tapi entah hati ini masih benar mencintainya.
“Ra… jujur, kenapa Chaca kayak gitu sama gue”
“Maaf Za… gue nggak tau apa-apa” jawabnya singkat.
“Gue mohon Ra loe jujur, gue sayang banget Ra sama Chaca. Apa bener dia bilang kalo dia sudah punya pacar baru?” tanyanya menanti sebuah jawaban.

“Maksud loe? Dia bilang dia sudah punya pacar baru?”
“Cha tunggu gue, jangan menghindar dari gue Cha” tariknya keras tanganku yang berusaha menjauhinya.
“Apalagi sekarang Za? Gue kan sudah bilang kalo gue udah punya pacar baru? Mau penjelasan apa lagi Za sekarang?” Ucapku penuh amarah untuk meyakinkannya.
“Loe masih sayang sama Deno kan? Jujur Cha gue mohon. Loe sebenernya nggak ada pacar baru kan?” Ucapnya.
“Kenapa loe sebut-sebut Deno? Dia nggak ada hubungannya sama hubungan kita Za! Tolong Za ini kita lagi di sekolahan, malu tau nggak kita ini diliat anak-anak satu sekolah!” Sambutku penuh rasa kesal dan berusaha berlari dari hadapnya.
“Rara sudah kasih tau semuanya sama gue!  Dia bilang kalo loe ngerasa dejavu kan saat pacaran sama gue… Rara bilang loe selalu teringat sama Deno…….”
“Plak” satu tamparan melayang ke pipinya yang dihiasi lesung pipit. Aku hanya ingin mengakhiri semuanya secara cepat tanpa banyak tanda Tanya darinya lagi. Aku muak. “Jangan salahkan dia atas semua yang telah terjadi kemarin, di hari esok loe nggak akan buat gue lagi, jadi tolong pergilah…”

“Nadisa Cania….” Ia tertunduk lemas.
“Ku lepas semua yang aku inginkan, tak akan aku ulangi , maafkan jika kau ku sayangi dan bila ku menanti. Pennahkan engkau coba mengerti ingatlah ku disini, mungkinkah jika aku bermimpi, salahkah tuk menanti”
Aku menagis perlahan mendengar lagu itu. Dejavu masih saja terasa di hatiku. Reza memberikan aku semua rasa itu sehingga mengingatkan aku pada Deno. Deno boleh saja menduakanku pada saat itu, tapi secercah harapanku padanya masih ada dan masih aku genggam erat saat aku bersama Reza.
( Kringg…Kringg…. Hapeku berbunyi. “Rara” gumamku.
“Cha… gue minta maaf karena gue udah kasih tau semuanya ke Reza” kata Rara.
“Sudahlah Ra nggak apa-apa, gue udah tau kok, santai aja Ra, lambat laun ntar Reza juga tau” jawabku santai.
“Cha… menurut gu, loe sebaiknya harus bener-bener bicara empat mata padanya. Setidaknya Reza nggak terlalu sakit hati sama loe Cha”
“Reza, gue Cuma mau minta maaf atas kejadian kemarin” Ucapku pelan.
Dia hanya diam membisu.
“Za gue bener-bener minta maaf” ucapku kedua kalinya.
Dia menatapku. Sepertinya hatinya benar-benar sakit gara-gara aku.
“Andai ada kesempatan untukku lagi aku benar-benar mencintaimu Cha” tuturnya memelas.
“Za kata dejavu tiba-tiba saja datang saat aku denganmu. Za aku nggak mau nyakitin hati loe. Perpisahan adalah jalan terbaik buat kita. Aku nggak mau kalau pada akhirnya hatimu akan sangat terluka karenaku”
Reza menatapku sangat tajam.
“Sebaiknya kita restart hati kita”
Semuanya berlalu begitu saja. Aku tidak inginkan Reza maupun Deno pada saat ini. Aku ingin mencari sesosok yang baru tanpa membuat aku merasakan dejavu kembali.
Setahun berlalu begitu saja. Kini aku melihat sesosok Reza tengah tersenyum bahagia bersama seseorang yang mungkin pantas untuknya.
Hatiku termanggu rasakan haru. Aku terduduk dalam lembar baru. Aku tersenyum simpul melihatnya. Ya dia, Reza. Kini aku lihat kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Bukan karena aku , dan juga bukan bersamaku.
“Woiii, senyum-senyum sendiri loe!” Hentakan Rara mengagetkanku.
“Hahaha… Kenapa si loe Ra weeee”
“Cemburu ya liat Reza sama Weni, wooww” ledek Rara kepadaku.
“Yeee siapa juga yang cemburu, gue malahan seneng tau nggak bisa liat Reza bahagia” jawabku bahagia.
“ehm..ehmmm nggak dejavu lagi kan nih? Galau nih ye yang kemarin-kemarin ngerasa dejavu…” ledek Rara lagi.
Dejavu?? Hahaha lewat tuh kata, udah ahh cabut yuk cuci mata yuk di lantai 3” godaku pada Rara.
“Ayookkk, kita cari cowok ganteng gyaaaahhhhh”
TAMat



Copyright© All Rights Reserved dadesire.blogspot.com